Jakarta menjadi tuan rumah Indonesia Economic Summit (IES) 2025, yang resmi dibuka hari ini dengan dihadiri lebih dari 1.500 peserta dari 48 negara. Forum ekonomi dua hari ini (18-19 Februari), yang diselenggarakan oleh Indonesian Business Council (IBC), menghadirkan 100 pembicara yang terdiri dari pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pakar ekonomi, dan akademisi.
Ketua Dewan Pengawas IBC, Arsjad Rasjid, menyatakan bahwa IES 2025 menyoroti dua tema utama, yaitu pertumbuhan dan kesejahteraan, yang diharapkan dapat menjadi pendorong nyata bagi aksi konkret di berbagai sektor ekonomi.
“Kami berharap IES 2025 bukan sekadar ajang pertemuan, tetapi menjadi titik balik di mana gagasan dapat diwujudkan menjadi langkah nyata. Kami ingin memastikan bahwa diskusi yang berlangsung di IES 2025 mampu memberikan dampak signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Arsjad.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan hanya bisa dicapai melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai sektor. Oleh karena itu, IES 2025 juga memperkuat kemitraan dengan pemerintah untuk mendorong kebijakan yang pro-investasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Membangun Momentum bagi Sektor Swasta
CEO IBC, Sofyan Djalil, menegaskan bahwa IES 2025 diharapkan dapat menjadi momentum penting bagi sektor swasta untuk semakin berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Ia menekankan bahwa kebijakan publik yang tepat sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya saing serta memperlancar aktivitas bisnis dan ekonomi.
“IES 2025 menjadi jembatan antara pelaku bisnis, ekonom, dan pembuat kebijakan dalam merumuskan langkah strategis dan kebijakan publik yang dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Sofyan.
Sementara itu, COO IBC, William Sabandar, menjelaskan bahwa berbagai sesi diskusi di IES 2025 dirancang untuk membahas tantangan dan peluang ekonomi Indonesia dalam menghadapi perubahan geopolitik global. Beberapa topik utama yang diangkat antara lain:
- Prioritas dan strategi ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang kuat dengan visi strategis dan kebijakan yang terarah.
- Kebijakan moneter dan fiskal yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, dengan menjaga keseimbangan antara belanja pemerintah dan stabilitas makroekonomi.
- Kebijakan industri yang memperkuat sektor manufaktur dan meningkatkan kontribusinya terhadap PDB sebagai kunci utama pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
- Strategi perdagangan global agar Indonesia dapat memenangkan persaingan di tengah perang dagang, melalui diversifikasi pasar, ekspansi perdagangan, dan peningkatan kinerja ekspor.
Kolaborasi Nyata untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
Dalam sesi industri, Salman Subakat, Co-founder ParagonCorp sekaligus anggota IBC, menyampaikan dukungannya terhadap inisiatif IBC dalam mendorong kolaborasi lebih erat antara dunia usaha dan pembuat kebijakan.
“Kita membutuhkan kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan sektor bisnis, terutama industri manufaktur, karena sektor ini memiliki peran besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Salman.
IES 2025 juga menghasilkan berbagai komitmen konkret dari berbagai pihak. Sejumlah nota kesepahaman (MoU) telah ditandatangani antara pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga internasional untuk mendukung proyek-proyek strategis di bidang energi terbarukan, infrastruktur digital, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Salah satu proyek unggulan yang diumumkan adalah pengembangan pusat energi terbarukan di Indonesia Timur serta program pelatihan kejuruan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja lokal. IES 2025 diharapkan dapat menjadi katalisator bagi langkah-langkah nyata yang mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia secara inklusif dan berkelanjutan.