Dunia musik internasional kembali dikejutkan dengan kabar signifikan dari kancah melodic death metal asal Swedia. Punggawa metal Arch Enemy secara resmi mengumumkan kepergian vokalis andalan mereka, Alissa White-Gluz, yang memutuskan untuk mundur setelah lebih dari satu dekade berkarya bersama band tersebut. White-Gluz sebelumnya bergabung pada tahun 2014 untuk menggantikan vokalis era emas mereka, Angela Gossow, yang kemudian beralih peran menjadi manajer band.
Akhir Sebuah Era dan Formasi Baru
Perjalanan karier White-Gluz bersama Arch Enemy dimulai berbarengan dengan bergabungnya Jeff Loomis, di mana keduanya memulai debut pada album kesembilan band bertajuk War Eternal. Meski kini telah berpisah, suara White-Gluz masih akan terdengar dalam album terbaru mereka, Blood Dynasty. Situasi berbeda terjadi pada Loomis yang telah hengkang pada 2023; kontribusinya dalam album baru tersebut hanya terbatas pada lagu bonus Break the Spell dan Moths.
Sebagai langkah strategis untuk mengisi kekosongan posisi gitaris, Joey Concepcion, yang sebelumnya sempat menggantikan Loomis di sejumlah festival Eropa pada tahun 2018, kini resmi mengambil alih peran tersebut. Dalam pernyataan resminya terkait kepergian White-Gluz, pihak band yang dipimpin oleh Michael Amott menyampaikan rasa terima kasih mendalam atas dedikasi dan musik yang telah diciptakan bersama. Mereka menutup pernyataan dengan pesan optimis bahwa setiap akhir adalah permulaan baru, seraya menjanjikan pertemuan kembali dengan penggemar pada tahun 2026. Hingga saat ini, belum ada konfirmasi mengenai siapa yang akan mengisi posisi vokal utama selanjutnya.
Eksplorasi Solo Alissa White-Gluz
Tidak butuh waktu lama bagi White-Gluz untuk mengungkap langkah selanjutnya pasca keluar dari Arch Enemy. Ia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada ribuan penggemar setia dan meminta mereka menantikan kabar besar di tahun 2026. Janji tersebut langsung dibuktikan dengan peluncuran singel debut solonya yang berjudul The Room Where She Died. Lagu ini ditulis bersama gitaris Kamelot dan Doro, Oliver Palotai.
Menariknya, dalam video musik lagu tersebut, White-Gluz memberikan penghormatan tersendiri kepada mantan bandnya dengan memainkan gitar signature Dean Tyrant milik Michael Amott. Ia mengungkapkan bahwa lagu ini memberinya kepuasan tersendiri karena ia akhirnya dapat mengekspresikan sisi musikalitasnya yang telah lama tertidur selama bertahun-tahun. Hal ini sejalan dengan pandangan Michael Amott sendiri yang pernah diwawancarai Guitar World pada 2022, di mana ia mengakui kecintaannya pada Depeche Mode dan Jimmy Page, namun menegaskan tidak akan memasukkan pengaruh tersebut ke dalam materinya sendiri, menjaga batasan genre yang tegas.
Harmoni Spiritual dalam “Goodness of God”
Di sisi lain spektrum musik, jauh dari distorsi gitar dan vokal growl, terdapat karya yang terus memberikan ketenangan bagi pendengarnya. Lagu rohani kontemporer berjudul Goodness of God yang dilantunkan oleh Bethel Music bersama Jenn Johnson tetap menjadi pilihan utama dalam berbagai ibadah dan perenungan. Dirilis pada tahun 2019 dalam album Victory, lagu ini menawarkan pesan tentang kesetiaan Tuhan yang tak berkesudahan.
Bagi para musisi gereja atau penikmat musik yang ingin memainkan lagu ini, berikut adalah panduan lirik beserta kunci gitar yang dapat digunakan sebagai referensi untuk mengiringi momen kontemplasi:
Intro & Verse Lagu ini dimainkan dengan nada dasar G, menciptakan nuansa yang hangat dan akrab. Pada bagian Verse 1, progresi kord bergerak dari G ke C, menekankan pada lirik tentang kasih dan rahmat Tuhan yang tidak pernah gagal.
[Verse 1] G I love you, Lord C G For your mercy never fails me D Em C D All my days, I’ve been held in your hands Em C From the moment that I wake up G D Em Till I lay my head C D G I will sing of the goodness of God
Chorus Bagian Chorus menjadi inti dari lagu ini, di mana dinamika lagu mulai naik dengan penekanan pada kesetiaan Tuhan seumur hidup.
[Chorus] C G All my life you have been faithful C G D All my life you have been so, so good C G D Em With every breath that I am able C D G I will sing of the goodness of God
Verse 2 & Bridge Masuk ke Verse 2, lagu ini menceritakan pengalaman personal melewati masa-masa sulit (“fire” dan “darkest night”) dengan penyertaan Tuhan. Kemudian, lagu memuncak pada bagian Bridge yang repetitif namun kuat, menyatakan penyerahan diri secara total.
[Verse 2] G I love your voice C G You have led me through the fire D Em C D In darkest night you are close like no other Em C I’ve known you as a father G D Em I’ve known you as a friend C D G I have lived in the goodness of God
[Bridge] G C Your goodness is running after, D G It’s running after me (Diulang dengan intensitas yang meningkat) G C With my life laid down, I’m surrendered now D Em I give you everything G C Your goodness is running after, D G It’s running after me
Kedua berita ini, baik dari panggung metal Eropa maupun panggung musik rohani global, menunjukkan bahwa musik dalam segala bentuknya terus berkembang dan menjadi sarana ekspresi yang kuat bagi para penciptanya.
