Asa Baru Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Asa Baru Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Atmosfer sepak bola nasional kini tengah berada di titik didih yang positif. Tim Nasional (Timnas) Indonesia sedang berjuang keras dalam lanjutan Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Tergabung di Grup C yang kerap disebut sebagai grup berat bersama raksasa Asia seperti Jepang, Australia, Arab Saudi, serta Bahrain dan China, skuad Garuda menunjukkan taringnya. Format kompetisi yang mengharuskan setiap tim melakoni sepuluh pertandingan secara kandang dan tandang mulai dari 5 September lalu hingga 10 Juni 2025 nanti, menjadi ujian konsistensi yang nyata bagi para pemain.

Sejauh ini, perjalanan Indonesia cukup menjanjikan meski penuh tantangan. Dari dua laga awal, Indonesia berhasil mencuri perhatian dengan menahan imbang dua kekuatan besar, Arab Saudi (1-1) dan Australia (0-0). Hasil tersebut menempatkan Indonesia di posisi keempat klasemen sementara Grup C dengan raihan dua poin. Sementara itu, persaingan di papan atas sangat ketat; Jepang kokoh di puncak dengan enam poin sempurna hasil melibas China 7-0 dan Bahrain 5-0. Bahrain sendiri membuntuti di posisi ketiga dengan tiga poin, sedangkan Arab Saudi berada di posisi kedua dengan empat poin.

Jadwal padat pun telah menanti di depan mata. Setelah agenda terdekat melawan Bahrain dan China, publik pecinta sepak bola tanah air wajib mencatat tanggal-tanggal krusial perjuangan timnas di tahun 2025. Timnas dijadwalkan menjamu Arab Saudi pada 19 November 2024. Selanjutnya, tantangan tandang melawan Australia akan tersaji pada 20 Maret 2025, disusul laga kandang melawan Bahrain lima hari kemudian, tepatnya 25 Maret 2025. Rangkaian ini akan ditutup dengan laga melawan China pada 5 Juni 2025. Setiap poin kini menjadi sangat vital demi menjaga asa lolos ke panggung dunia.

Momentum Kebangkitan dari Kamboja

Optimisme tinggi yang menyelimuti Timnas senior saat ini sejatinya tidak lepas dari fondasi mental juara yang terbangun setahun sebelumnya. Masih segar dalam ingatan bagaimana Timnas U-22 berhasil mengakhiri “kutukan” 32 tahun tanpa emas di ajang SEA Games 2023 Kamboja. Kala itu, kerinduan masyarakat Indonesia akan prestasi tertinggi di cabang olahraga sepak bola sudah tak terbendung, setelah terakhir kali merasakannya pada edisi 1991.

Di bawah tangan dingin pelatih Indra Sjafri, skuad Garuda Muda yang bermaterikan nama-nama beken seperti Marselino Ferdinan, Beckham Putra, hingga Witan Sulaeman, tampil begitu digdaya. Tergabung bersama Filipina, Myanmar, Timor Leste, dan tuan rumah Kamboja di fase grup, Indonesia menyapu bersih seluruh laga dengan poin sempurna. Filipina digilas 3-0, Myanmar dihajar 5-0, Timor Leste ditekuk 3-0, dan Kamboja dikalahkan 2-1. Tren positif ini berlanjut ke semifinal saat menyingkirkan Vietnam secara dramatis dengan skor 3-2.

Puncak dari segalanya terjadi di Olympic Stadium, Phnom Penh, pada 16 Mei 2023. Menghadapi musuh bebuyutan Thailand—yang sebelumnya kerap menjadi mimpi buruk bagi Indonesia di final 1997 dan 2013—mental para pemain benar-benar diuji. Melalui pertarungan yang sengit dan penuh drama, Marselino dan kawan-kawan sukses membungkam Thailand dengan skor telak 5-2. Kemenangan ini bukan sekadar medali, melainkan pembuktian bahwa sepak bola Indonesia telah bangkit dari tidur panjangnya. Indra Sjafri pun menegaskan bahwa momentum ini adalah titik balik kebangkitan sepak bola tanah air.

Pesta Rakyat dan Dinamika Dukungan

Keberhasilan membawa pulang emas SEA Games tersebut sontak memicu gelombang euforia yang luar biasa di tanah air. Sambutan hangat sudah terasa sejak para punggawa Garuda Muda mendarat di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta pada 18 Mei 2023. Ribuan suporter rela berdesakan, menyanyikan yel-yel, dan memberikan bunga sebagai tanda terima kasih atas perjuangan para atlet yang telah menghapus dahaga gelar selama tiga dekade.

Puncaknya adalah kirab juara yang digelar dari Gelora Bung Karno (GBK) menuju Bundaran HI. Jalanan protokol Jakarta berubah menjadi lautan manusia. Menggunakan bus atap terbuka, para pemain diarak di tengah kerumunan massa yang tidak hanya terdiri dari fanatik bola, tetapi juga masyarakat umum yang ikut larut dalam pesta kemenangan. Teriakan histeris dan nyanyian patriotik menggema di setiap sudut jalan, menciptakan pemandangan yang viral dan menjadi perbincangan nasional.

Kendati demikian, perayaan besar-besaran ini tak luput dari pro dan kontra. Sebagian pihak melontarkan kritik, menilai bahwa sepak bola terlalu diistimewakan alias menjadi “anak emas” dibandingkan cabang olahraga lain yang juga berprestasi namun minim sorotan. Ada pula suara-suara sumbang yang mengingatkan bahwa level Indonesia sejatinya masih di lingkup Asia Tenggara, belum benar-benar berbicara banyak di level Asia. Menanggapi hal ini, PSSI menilai perayaan tersebut masih dalam batas wajar, mengingat konteks penantian 32 tahun yang akhirnya terbayar lunas. Kini, semangat dari arak-arakan kemenangan itu diharapkan menular ke perjuangan tim senior di kualifikasi Piala Dunia.

Spotevent